Ucapan itu ibarat dua sisi dari
sebilah pisau. Dengan ucapan, seseorang bisa menjadi mulia dan dihargai. Namun
juga bisa menjadi hina dan dibenci.
“Tiada suatu ucapan pun yang
diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.”
(QS. Qaaf(50):17)
Rasululloh SAW juga bersabda,“Lisan
orang yg berakal muncul dari balik hati nuraninya. Maka ketika hendak
berbicara, terlebih dahulu ia kembali pada hati nuraninya. Apabila ada manfaat
baginya, ia berbicara dan apabila dapat berbahaya, maka ia menahan diri.
Sementara hati orang yg bodoh berada di mulut, ia berbicara sesuai dengan apa
yg ia mau.” (HR Bukhari Muslim).
Pembicaraan yg tidak terkontrol akan
menimbulkan fitnah, ghibah,
dengki,
dusta, benci, dan kebohongan.
Semoga kita bisa menjaga lisan kita
dari hal-hal yg tidak baik.
Mari kita perhatikan ayat berikut,
“Dan
janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya.
Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta
pertanggungan jawabnya.” (QS. Al Israa’(17):36)
Dari Abu Hurairah ra sesungguhnya
Rasululloh SAW telah bersabda,“Barangsiapa yg beriman kepada ALLOH SWT dan
hari akhirat, maka hendaklah dia berkata baik atau diam; barangsiapa yg beriman
kepada ALLOH SWT dan hari akhirat, maka hendaklah ia memuliakan tetangga; dan
barangsiapa yg beriman kepada ALLOH SWT dan hari akhirat, maka hendaklah ia
memuliakan tamunya.” (HR Bukhari dan Muslim)
Kalimat “Barangsiapa yang beriman
kepada ALLOH SWT dan hari akhirat”, maksudnya adalah barangsiapa yg beriman
dengan keimanan yg sempurna, maka insya ALLOH iman tersebut akan
menyelamatkannya dari adzab ALLOH SWT dan akan mendapatkan ridho-Nya.
“Hendaklah berkata baik atau diam” karena orang yg beriman kepada ALLOH SWT dengan
sebenar-benarnya, maka dia akan memiliki rasa takut kpd ALLOH SWT. Terutama
mengendalikan gerak geriknya, karena semua itu akan diminta
pertanggungjawabannya, sebagaimana ayat yg telah ditulis di atas.
Setiap ucapan yg keluar dari lidah
akan dicatat,“Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya melainkan ada di
dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.” (QS. Qaaf(50):17).
Rasululloh SAW sendiri sudah mengingatkan bahaya lisan,“Bukankah manusia
terjerumus ke dalam neraka karena tidak dapat mengendalikan lidahnya.” (HR
Tarmidzi).
Perkataan yg baik lebih utama
daripada diam, dan dia lebih baik daripada berkata buruk. Mari kita biasakan
untuk tidak banyak bicara, selain digunakan untuk menyampaikan perkataan yg
benar, memberikan pengajaran, melakukan amar ma’ruf nahi munkar, mendamaikan
orang yg berselisih, memperbanyak dzikir, dan kebaikan-kebaikan lainnya.
“Hendaklah ia memuliakan
tetangganya, hendaklah ia memuliakan tamunya.” menunjukkan adanya hak tamu dan tetangga. Kita MESTI bersikap baik kepada tamu dan tetangga, tentunya selama tetangga dan tamu juga
bersikap baik dan sesuai aturan/norma. Bahkan Rasululloh SAW sendiri bersabda,“Jibril
selalu menasehati diriku tentang urusan tetangga, sampai-sampai aku beranggapan
bahwa tetangga itu dapat mewarisi harta tetangga.” (HR. Bukhari).
Hendaknya kita juga mulai lebih
memperbaiki sikap kita kepada tetangga. Misalnya berbagi masakan, memberikan
oleh2 apabila kita pulang dari luar kota. Insya ALLOH, kita juga akan menerima
kebaikan dari mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar